Sangkaan keracunan program Makan Yang bergizi Gratis (MBG) yang dirasakan lima pelajar MTsN 4 Wonosari pada akhirnyatersingkap. Hasil tes laboratorium Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta temukanberagamtipe bakteri padacontoh makanan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Ismono, menjelaskankejadianterjadipada 3 September 2025. Waktu itu lima pelajaralamitanda-tandasakit di perut, mual, muntah, dan pusing sesudahmelahap MBG yang dibagi.
Beberapapelajarsebelumnya sempatdibawa ke rumah sakituntukmendapatkan perawatan. Team kami langsung jugaambilcontoh makanan tersisadancontoh dari dapur SPPG Siraman untukdites di laboratorium,” kata Ismono, Minggu (28/09/2025).
Tiga mingguselanjutnya, hasil tes keluar. Dari tersisa makanan pelajardiketemukan bakteri Klebsiella pneumoniae pada nasi, telur sauce mentega, brokoli, wortel rebus, semangka, sampai muntahan pelajar.
Bakteri ini dapat masuk melalui bahan makanan yang tidakdibersihkan sampai bersih atau air tercemar,” terang Ismono.
Disamping itu, ada pula bakteri Staphylococcus aureus pada semangka dan muntahan. Kontaminasi ini diperhitungkankarenapengatasan makanan yang tidak higienis. Tidakitu saja, kapang/khamir diketemukanpada muntahan pelajar yang mempunyai potensimemacu mual, muntah, sampai diare.
Tidakstopdi sana, hasil tespadacontoh makanan dari dapur SPPG memperlihatkanada bakteri dari sample nasi dan tempe crispy.
Diketemukan bakteri Bacillus cereus pada nasi dan tempe crispy. Ada pula Staphylococcus aureus pada tempe crispydan Escherichia coli patogenik pada nasi,” papar Ismono.
Menurut dia, beberapa bakteriituumumnyaadakarena penyimpanan yang keliru, pencucian bahan tidak bersih, atau proses pemasakan yang kurang prima.
Ismono memperjelasfaksinyatelahmemberikanreferensike SPPG. Dimulai daripemilihan bahan baku, proses pemasakan, penyuguhan, sampai distribusi makanan harussama sesuaistandard operasional proses (SOP).
Lingkungan dapur harus dijaga kebersihannya, penyimpanan bahan dilaksanakanpada tempat yang pantas, petugas wajib menggunakan APD, danpengaturan lalat atau serangga harusdiketatkan,” jelasnya.
Dinkes minta sekolah lakukanpengujianterlebih dahulupada makanan saat sebelumdibagi.
Kami terus akanlakukanpengawasansupayakasussamatidakterulang lagi. Sekarang ini kami tetapmenanti satu hasil tes laboratorium dari SPPG di Kapanewon Semin,” tandas