Musim kemarau menjadilagirintangan berat untukbeberapa peternak sapi di daerah Gunungkidul, terutama di Kalurahan Ngunut, Kapanewon Playen. Kurangnyacurahan hujan membuattersedianya rumput sebagai pakan peternakmakinsusahdidapat.
Imam Paidi, satu diantara peternak sapi rumahan di lereng bukit-bukit Ngunut, menyebutkan, ejak awalnya Juli sampaibulan akhir ini, hujan hampirtidak turun. Inimengakibatkanperkembangan rumput melambandansuplai pakan alami tipis.
“Jikabulan kemarinsatu minggu sekali masih tetap ada hujan, meskipuntidakpasti. Tetapisaat ini, rumput buat pakan mulaisulit ditemukan,” katanyasambilkonsentrasi merumput pada Jumat, (25/7).
Baca : TidakHanyaTulis Skripsi Yang Tawarkan Joki, Bermain Game Online Rupanya Ada Jokinya, IniArgumennya…
Mereka mengetahui, saat musim kemarau datang, perjuangan untuksekedarpenuhikeperluan pakan peternak bisa beralih menjadi perjalanan panjang yang meletihkan. “Tahun tempo hari, saya sampai bertiga sama rekan, naik pikap, dari Playen ke Piyungan mencari rumput. Sepanjang hari muter,” ingat Imam.
Medan yang dilakukanjugatidakgampang. Bilaharus teruscari di sekitar Gunungkidul, umumnya mereka tempuh jarak 5 sampai 10 kmkebukit-bukit. Naik motor, jalan terus kaki naik. “Terkadanghanyamendapat satu ikat, harus bolak-balik 2x. Berat , tetapi ya inginbagaimana,” katanya lirih.
Memperhitungkan kekurangan pakan, Imam menanam rumput kolonjono di pelatarantempat tinggalnya. Tetapi, rumput tipe ini tidakdapatmenjadisalah satuunggulan. Tetapihal tersebutdipandang boros, dankeperluan rumputnya semakin bertambah. “Kami harus campur dengan rumput liar agaririt. Tetapi rumput liar itu saat ini yang sulit,” katanya.
Baca : Namanya Disebutkanpada Sidang SangkaanPungutan liar Bapenda Semarang, Hendrar Prihadi: Tidak Ada Setoran di Zaman Saya
Keadaan ini dirasajuga oleh Wartono, masyarakat Kalurahan Getas yangmemiara sapi. Diamenyebutkan rumput kolonjono sekarangmenjadiopsikhusus banyak peternak, bukan lantarankelebihannya, tapihanya karena itu yang ada.
Daerah Gunungkidul dikenalilanskapnya yang berbatu dan kering. Walaupunsebagian besarmasyarakatnyaprofesinyasebagai peternak, sumber pakan hijau masih tetapmenjadirintangankekal.”Rumput liar semakinsulit,” ucapnya.
Walau demikian, beberapa peternak seperti Imam dan Wartono masih tetap bertahan. Mereka yakin, sepanjangmasih tetap adatekaduntukberusaha, ternak-ternak mereka tetapdapat hidup.
“Seringkali ndongak langit, mengharap hujan turun walauhanya sesaat. Hanya itusangatbermakna,” kata Imam sekalianmelihat langit yang hari itu seutuhnyaceriatanpa satu awan juga. (cr1/pra)